Wangi indriya & sanggar mulya bhakti
safin
Last Updated
2014-12-25T03:25:01Z
Setelah Rasinah, penari topeng panji yang terkenal, ia disebut-sebut
sebagai penerus tari topeng panji.
Terlahir di Indramayu pada tanggal 10 Agustus 1961. Menurut Wangi, nama panggilannya, antara topeng Cirebon dan topeng Indramayu sama-sama memiliki lima karakter. Bedanya, pada topeng Indramayu
ada tarian ‘Kelana Udeng’, yaitu tarian terakhir dari lima karakter tari topeng. Pada ‘Kelana Udeng’ lebih banyak atraksi, seperti menari diatas tambang, kayang sambil mengambil koin. Wangi lahir dari
keluarga seniman Indramayu. Kakeknya Wisad, seniman tradisi serba bisa, sementara ayahnya, Taham, adalah seorang dalang wayang kulit.
Wangi menggambarkan
masa-masa dia berlatih tari ibarat berlatih dalam kamp militer, sebab sang kakek dan ayah memberlakukan disiplin besi. Sang kakek begitu ingin ada yang melanjutkan tari topeng, sehingga mengharuskan Wangi, kakak, dan dua
adiknya yang semuanya perempuan, serta sepupu-sepupunya untuk belajar tari topeng.
Memulai belajar tari dari dasar
seperti serimpi dari ayahnya pada kelas V SD, Wangi belajar tari topeng sejak
kelas I SMP. Disiplin keras dijalani Wangi dan saudarinya.
Wangi belajar tari topeng hingga
naik kelas III SMA. Saat kelas II SMA itu dia sudah
mulai menari atas undangan dan menerima bayaran.
Meski tidak belajar khusus pada Rasinah, Wangi mengaku sempat dua kali bertemu penari itu, dalam dua kali pertemuan itu dia sempat
belajar gerakan tari dari Rasinah.
Wangi dilatih untuk mampu mengerjakan sendiri berbagai hal sejak kecil. Kemandirian itu pula yang membuat Wangi tak pernah berniat mundur dari kegiatan berkesenian meskipun kini undangan menari berkurang. Sampai tahun 2004-an, ia masih dapat
undangan menari sampai 10 kali dan mendalang 1-2 kali sebulan. Mulai 2005, rata-rata dua
kali saja. Wangi tidak tahu apa sebabnya.
Bersama rombongan Ila Galigo, Wangi
ikut berpentas di Singapura, Barcelona-Spanyol, Perancis, Italia, New
York-Amerika Serikat, dan Melbourne-Australia. Wangi mengaku menjalani kehidupan berkeseniannya tanpa ngotot, semua dia jalani
apa adanya. Kalau ada saingan
dari seniman lain, ia nikmati
saja.
Di Indramayu mungkin nama kakaknya yang pesinden lebih terkenal daripada dia, namun diluar Indramayu nama Wangi lebih dikenal
orang. Sebelum ikut Ila Galigo,
Wangi pernah pentas di Jepang
(1994,) Perancis, Belgia,
Swiss, dan Belanda (2001).
Di dalam negeri dia diundang
antara lain ke Solo Dance Festival (2001) serta
Temu Koreografer Wanita, pentas di Teater utan
Kayu dan Bengawan Solo Festival (2006).
Pertemuannya dengan berbagai kalangan membawa Wangi menciptakan tari kontemporer yang berangkat dari gerakan tari topeng. Setidaknya Wangi sudah menghasilkan lima tari baru, yang dia sebut mungkin
agak aneh di mata akademisi.
Ia tidak khawatir topeng Indramayu akan punah atau khawatir
masyarakat tidak mau lagi tari
topeng. Ia tetap optimistis. Ketika naik pentas,
sambutan masyarakat sangat baik, mereka tetap suka.
Saat
ini Wangi mengelola Sanggar Mulya Bhakti yang berdiri sejak 1983,
bertempat di Desa Tambi, Kecamatan Sliyeg, Kabupaten Indramayu, Jawa
Barat. bagi yang mau contact person, bisa dihubungi di nomor (0234) 352031.
No comments:
Post a Comment